Selasa, 29 Desember 2009

Asal Mula Nama Trader Ngawur

Bermula dari seorang teman yang mengajak ikut bisnis forex. Dan juga melihat, serta merasakan hasil dari bisnis tersebut (saya sering ditraktir sama dia he...he...). Akhirnya saya pun ikut bergelut masuk ke dunia forex dan inilah bisnis pertama yang saya jalani di dunia online. Banyak waktu dan tenaga yang saya habiskan untuk mempelajari bisnis ini. Kemudian langsung terjun serta deposit dengan uang hasil pinjaman di koperasi. Walau tidak seberapa besar tapi berarti buat saya :D

Setelah beberapa bulan modal saya habis, menyusul beberapa bulan kemudian teman yang mengajak saya pun ikut-ikutan bangkrut 1700$ ludes, jumlah yang tidak sedikit menurut saya. Saudara sepupu saya yang juga ikut bermain di forex juga mengalami hal yang sama meski tidak terlalu parah.

Kejadian ini tak ayal membuat saya frustasi dan meninggalkan semua yang berbau forex/internet selama beberapa bulan. Tapi saya tak pernah menyesal mengenal dunia forex, karena saya yakin hal itu berdampak positif dan membuat saya lebih kuat lagi.

Nama traderngawur adalah username yang saya pakai ketika bermain di dunia valas/forex. "Traderngawur aja sudah username kamu biar aneh" usul teman saya dulu.

Bagaimanapun nama ini membekas dibenak saya dan paling gampang saya ingat dan terus saya pakai untuk nama blog ini dan beberapa situs lain dimana saya terdaftar


Apalah arti sebuah nama??? Betulkah kiasan itu???

Kamis, 03 Desember 2009

Gratis Sepanjang Masa

Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek ia pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:

Untuk memotong rumput Rp. 10.000,-
Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5.000,-
Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp. 3.000,-
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp. 8.000,-
Untuk membuang sampah Rp. 2.000,-
Untuk nilai yang bagus 15.000,-

Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia tuliskan :

Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Mengobati kamu dan mendoakan kamu, gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau dijumlahkan semua harga cinta ibu adalah gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
Anakku... dan kalau kamu menjumlahkan semuanya akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS

Seusai membaca apa yang ditulis ibunya Sang anak pun berlinang airmata lalu menatap wajah ibunya dan berkata : "Bu, aku sayang sekali sama ibu" Kemudian ia mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar : "LUNAS"

Selasa, 01 Desember 2009

Sepatu Kaca Cinderella

Bila mengeja dengan benar suatu kata tidak dianggap sesuatu yang penting, maka renungkanlah kisah Cinderella. Oleh karena seorang pengeja membuat satu kesalahan kecil, Cinderella akhirnya memakai sepatu yang salah untuk selama-lamanya.

Pada tahun 1967, Seorang Perancis bernama Charles Perrault menyalin kisah Cinderella ke dalam bahasanya sendiri, Perancis. Dalam kisah Cinderella sebelumnya, sepatu Cinderella terbuat dari bulu tupai berwarna putih dan abu-abu. Bahasa Perancis untuk kata bulu adalah 'vair'. Charles salah menyalin, bahwa sepatu Cinderella terbuat dari 'verre' yang bunyinya sama dengan 'vair', namun berbeda artinya yaitu 'kaca'.

Sejak itulah anak-anak sedunia membayangkan ada sebuah sepatu kaca yang berkilauan yang tertinggal di atas tangga istana, dan mereka terheran-heran mengapa mereka tidak pernah melihat sepatu seperti itu dalam kenyataannya.

Jumat, 27 November 2009

Surga di telapak kaki ibu

Istriku cemberut sambil menahan marah melihat kelakuan anak kami yang kalau dia bilang hiperaktif. Sambil berlari-lari kecil dia mengejar gadis kecil yang berlari dengan wajah ceria dan tertawa kecil. "Rere sudah nak, capek Mama ngikutin kamu terus, coba duduk diam manis", terdengar celoteh istriku. Peluh membasahi dahinya, nampak kelelahan, lalu istriku berjalan menghampiriku di ruang tamu sementara dia biarkan Rere anak kami bermain bersama Om-nya.

"Capek betul aku ngikutin Rere, kayak ngak habis sakit aja. Padahal baru kemarin sembuh ini sudah aktif lagi, mana hiper gitu", ujar istriku sambil duduk dan menyalakan kipas angin.

Aku hanya tersenyum mendengar pengaduannya.

"Syukurlah Ma, itu artinya dia udah merasa sehat. Kalau mau dia diam ya biarkan saja dia sakit, pasti diam ngak lari-lari." Istriku tambah cemberut mendengar tanggapanku.

" Iya Bapak sih enak, orang laki tahunya cuma cari duit, ngak melahirkan, ngak jagain anak tiap hari, ngak ngurusin rumah."

Aku hanya diam mendengarkannya terus mengomel ngak karuan, pelan-pelan kupegang pundaknya.

" Mama, karena itulah posisi ibu lebih utama dibanding ayah. Bahkan ada tuh Hadist Nabi Muhammad yang mengatakan surga ditelapak kaki ibu. Sebuah keutamaan yang diberikan khusus buat para ibu seperti kamu. Masak kamu mau surganya pindah ke kakiku, kan ngak lucu", ujarku sambil tertawa.

Istriku hanya terdiam mendengar kata-kataku lalu tersenyum malu. Kubiarkan saja dia duduk beristirahat menghilangkan lelahnya. Kuhentikan pekerjaan dari kantor yang belum selesai, laptop kumatikan dan langsung mendekati anak kami yang masih bermain.

" Rere ikut bapak yuk ! Kita jalan-jalan ke taman, naik patung Gajah sama bapak."



Just 4 Rere

Rabu, 25 November 2009

15 Nopember 2009

Lelaki muda itu terpekur diam. Dihembuskannya asap rokok dengan keras seakan ingin melepaskan segenap pikiran yang mengelayut. Asap putih itu melayang-layang memenuhi ruangan tiga kali empat meter di samping kamar anaknya. Didekat jendela, di atas meja kecil tempatnya menaruh laptop tergeletak asbak kecil berwarna putih. Asbak itu sudah penuh dengan puntung rokok. Bahkan beberapa puntung rokok berceceran di sampingnya lengkap dengan abu rokok yang menambah aroma khas ruangan itu.

Diliriknya jam tangannya, pukul 4.30 AM tertera dengan jelasnya. Laptop miliknya masih menyala namun tidak dihiraukan. Wajah lelah menghiasi raut mukanya lengkap dengan pandangan kosong menerawang ke plafon rumahnya.

Detik jarum jam di ruang tamu menemaninya dalam sunyi.

Allahu Akbar...Allahu Akbar....
Tersentak lelaki muda itu mendengar asma Allah. Suara Adzan dari langgar sebelah komplek rumahnya menggetarkan gendang telinganya. Matanya berkaca-kaca, lalu lelaki muda itu bergegas berdiri mematikan rokok dan menutup laptopnya. Dengan mantap dia menuju ke kamar mandi, diambilnya air wudhu.

Kesegaran air wudhu menutupi wajahnya yang kusam, menyelusup masuk ke dalam hati lelaki muda itu. Dengan parau ia berkata "Ya Allah, maafkan hambamu yang lupa".

Senin, 23 November 2009

Mawar Untuk Ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil itu, "saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya, tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu."

Pria itu tersenyum dan berkata. "Ayo ikut, aku aka membelikan bunga yang kamu mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, " Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

(diadaptasi dari : Rose for Mama - C.W. Mc Call)

Senin, 04 Mei 2009

Kobarkan semangatmu

Sedikit mengutip ucapan dari seorang trader sukses, William Echart yang mengatakan "Jika anda membawa kebiasaan manusia normal dan kecenderungannya di dalam trading, secara tak terelakkan anda akan condong masuk ke dalam mayoritas orang yang merugi."

Selama hampir 2 tahun berlalu di dunia trading, saya banyak sekali mengalami kekalahan di dalam trading. Dan saya tahu banyak sekali trader pemula yang juga mengalaminya. Inilah alasan yang membuat saya menulis di blog ini.

fakta yang menunjukan banyak sekali trader yang mengalami kekalahan dalam berbisnis di bidang ini bukan sebuah harga mati bahwa trading tidak bisa dipelajari. Pasar tidaklah memihak, pasar itu adil dimana ada yang gagal pasti ada yang berhasil. disini sudah jelas bahwa peluang yang kita miliki adalah sama. Trading adalah sesuatu yang dapat dipelajari dan bukan merupakan bakat dari lahir.

Banyak dari kita menjalankan transaksi dalam trading dengan tidak didasari dengan pengendalian diri yang kuat serta tidak mempunyai disiplin. Saya akui bahwa saya tidak memiliki pendalian diri yang kuat sehingga saya sering kalah dalam trading. Tapi saya yakin pengalaman akan membentuk diri saya menjadi pribadi yang tegar. Tak perlu menoleh ke belakang dan menangisi yang sudah lalu. Yang perlu saya lakukan adalah membakar kapal saya
dan maju terus menuju medan pertempuran dengan tujuan memenangkan pertempuran.

Tidak perduli siapa anda, pintar atau bodoh, suku, agama, ras atau apapun saya mengajak anda bersama-sama untuk memenangkan pertempuran ini.
Yang perlu kita lakukan untuk menang adalah sebuah sikap untuk mau mengubah diri kita.